Jumat, November 21, 2008

APBD Bersejarah dengan Catatan
sumber: beritajatim.com

Jember - Sepanjang sejarah pemerintahan Jember pasca reformasi, pembahasan dan pengesahan APBD 2009 adalah tercepat. Namun ada sejumlah catatan.

Pada tahun 2006, pembahasan APBD 2007 baru kelar akhir Desember. Pada tahun 2007, pembahasan APBD 2008 baru kelar awal Desember. Sementara untuk tahun ini, pembahasan APBD 2009 kelar dan disahkan 20 November kemarin.

Cepatnya pembahasan ini bisa berdampak positif pada pelaksanaan pembangunan tahun anggaran 2009. Mengacu tahun-tahun sebelumnya, setelah disahkan di kabupaten, APBD masih perlu waktu sebulan untuk disahkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Dengan selesai cepat, maka diharapkan APBD 2009 bisa dilaksanakan tepat pada awal tahun depan. Tidak ada keterlambatan lagi. Bupati Muhammad Zainal Abidin Djalal dalam sambutannya menutup pembahasan APBD 2009, berharap agar proyek-proyek pembangunan fisik dikerjakan segera.

Namun, seperti hukum alam, kecepatan selalu memiliki konsekuensi kecerobohan atau ketidakakuratan. Sejumlah anggota DPRD Jember merasa pembahasan APBD kali ini tergesa-gesa dan seperti dipaksakan. Ketergesa-gesaan ini tampak dari adanya ketidakakuratan dua data yang diacu dalam pembahasan. 'Selegenje' angka dengan selisih miliaran rupiah muncul antara data dalam buku Rencana APBD 2009 dengan data yang disajikan Dinas Pendapatan Daerah.

Selain itu, ada sejumlah pos anggaran yang sempat luput dari perhatian, seperti anggaran jaminan kesehatan bagi warga miskin yang belum masuk kuota dana dari pusat, atau beasiswa untuk siswa miskin. Pos-pos tersebut baru teranggarkan setelah DPRD Jember mendesakkan dalam rapat-rapat.

Ada sejumlah satuan kerja baru yang besaran anggarannya disamaratakan Rp 100 juta. Satuan kerja baru seperti Kantor Lingkungan Hidup belum memiliki penanggungjawab atau personil untuk memaparkan kebutuhan anggaran. Alhasil pembahasan satuan kerja baru dilakukan oleh personil satuan kerja lain yang tidak bisa mengambil kebijakan strategis.

Seorang kepala dinas yang satuan kerjanya sudah dihapuskan 'terpaksa' masih mengikuti pembahasan di komisi-komisi, untuk menjelaskan satuan-satuan kerja yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dinasnya dulu. Namun, tetap tidak optimal, karena tak bisa dilakukan pengambilan kebijakan dalam hal anggaran.

Catatan lainnya adalah adanya laporan bahwa Pendapatan Asli Daerah akan mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Tahun 2009, diproyeksikan PAD hanya Rp 99,28 miliar. Namun setelah dibahas dalam rapat-rapat komisi, proyeksi bisa ditingkatkan menjadi Rp 107,879 miliar.

Wakil Ketua DPRD Jember Machmud Sardjujono menilai, penurunan proyeksi PAD disebabkan kehati-hatian Pemkab Jember. Ia menunjuk adanya krisis ekonomi yang mau tak mau akan memukul sektor pendapatan negara.

Namun, di lain pihak, Panitia Anggaran DPRD Jember justru menilai, penurunan proyeksi PAD yang disodorkan Pemkab tidak logis. Ini dibuktikan dengan naiknya proyeksi setelah pembahasan bersama parlemen. "Potensi PAD cenderung meningkat dengan munculnya dinamika ekonomi masyarakat," kata juru bicara Panggar Rendra Wirawan.

Namun, selain kelemahan-kelemahan yang muncul di atas, pembahasan APBD 2009 layak diapresiasi, karena tidak adanya perselisihan internal DPRD Jember sebagaimana pembahasan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, Ubaidillah sebagai juru bicara Fraksi Kebangkitan Bangsa sempat mengajak hadirin sidang untuk membacakan doa bersama-sama untuk para jamaah haji asal Jember, dalam sidang paripurna terakhir.

Inilah pembahasan APBD terakhir bagi DPRD Jember periode 2004 - 2009, sebelum mengakhiri masa jabatannya. Sidang pembahasan ini menjadi sidang pembahasan pertama yang dipimpin dua pimpinan DPRD Jember, Madini Farouk dan Machmud Sardjujono, untuk pertama kali, setelah selama tujuh bulan mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Jember.

Ihwal vonis bebas yang dijatuhkan Pengadilan Tinggi Jatim terhadap Madini dan Machmud dalam perkara korupsi dana operasional pimpinan Dewan, juru bicara FKB sempat meluncurkan pantun sentilan. "Tujuh kali tujuh sama dengan empat puluh sembilan. Setuju tidak setuju itulah keadilan," kata Ubaidillah.

Pantun ini dibalas Madini dengan humor juga. "Tujuh kali tujuh sama dengan empat puluh sembilan. Setuju tidak setuju itulah takdir Tuhan."

Nah. [wir/ted]

Kamis, November 20, 2008

Defisit APBD Jember 2009 Diperbesar
sumber: beritajatim.com

Jember - Defisit APBD 2009 semakin besar, menyusul adanya tambahan anggaran untuk sejumlah bidang yang sebelumnya tidak dialokasikan.

Panitia Anggaran DPRD Jember mencatat, asumsi pendapatan yang semula Rp 1,223 triliun naik menjadi Rp 1,231 triliun. Sementara, asumsi belanja yang semula Rp 1,258 triliun naik menjadi Rp 1,272 triliun.

Dengan demikian, terjadi defisit, yang semula Rp 34,291 miliar menjadi Rp 41,025 miliar. Namun, target pendapatan asli daerah (PAD) meningkat, dari Rp 99,28 miliar menjadi Rp 107,879 miliar.

Juru bicara Panitia Anggaran DPRD Jember Rendra Wirawan mengatakan, Dewan meminta kepada Pemerintah Kabupaten Jember untuk meningkatkan program kerja yang bisa mendongkrak PAD.

"Penurunan pendapatan daerah tidak logis dan harus mendapat perhatian bersama," katanya, dalam paripurna terakhir pembahasan APBD 2009, di gedung DPRD Jember, Kamis (20/11/2008).

Sekretaris Kabupaten Jember Djoewito mengatakan, penambahan defisit dikarenakan adanya anggaran baru yang harus diakomodasi, seperti anggaran beasiswa retrieval untuk anak miskin.

Namun, defisit APBD seperti ini bukanlah hal yang harus dikhawatirkan. "Tahun kemarin juga defisit. sekarang ini kan anggaran tak harus berimbang. Dana alokasi umum (DAU) yang kita pakai masih asumsi 2008. DAK (Dana Alokasi Khusus) kita belum berani plot, sehingga blank, jadi defisit," katanya.

Ketua Komisi D Bidang Pendidikan Miftahul Ulum mengatakan, beberapa penambahan anggaran memang cukup signifikan. "Anggaran retrieval yang semula tidak ada kita minta anggarkan Rp 1,5 miliar. Begitu juga bantuan untuk lembaga pendidikan swasta, kita minta anggaran Rp 1,5 miliar," katanya.

Anggaran jaminan kesehatan untuk warga miskin yang belum terdata di RSUD dr. Subandi disepakati Rp 800 juta. "Pemkab memberikan subsidi untuk tiga rumah sakit daerah. Namun ada miskomunikasi, sehingga yang seharusnya dialokasikan sebagian untuk warga miskin, ternyata belum teralokasikan. Kita pun meminta agar dialokasikan," kata Ulum.

sementara itu, juru bicara Fraksi Kebangkitan Bangsa Ubaidillah meminta agar Dinas Kesehatan dan Badan Kependudukan Jember untuk memperbarui data warga miskin. [wir/kun]

Rabu, November 12, 2008

Sambut Kemenangan Karsa
PAN Gelar Tasyakuran, Demokrat Tunggu Provinsi
sumber: beritajatim.com

Jember - Reaksi berbeda diberikan oleh dua partai utama pendukung pasangan Soekarwo - Saifullah Yusuf, menyambut kemenangan pasangan tersebut.

Partai Amanat Nasional berencana menggelar tasyakuran sederhana. Sementara Partai Demokrat memilih menanti keputusan tim pemenangan tingkat provinsi, dan menyerahkan acara tasyakuran kepada elemen pendukung Karsa lainnya.

Hal ini dikemukakan secara terpisah oleh Bendahara PAN Jember Rendra Wirawan dan Ketua Partai Demokrat Jember Saptono Yusuf, Rabu (12/11/2008).

"Tadi malam (Selasa malam) kita nonton bersama hasil penghitungan suara KPU Jatim. Rencananya, sore ini kita akan melakukan refleksi dan evaluasi di sekretariat Karsa di Jalan Jayanegara," kata Rendra.

Rendra berterima kasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi dalam pemilihan gubernur. Kendati di Jember, perolehan suara Karsa dikalahkan Khofifah - Mudjiono, namun Tim Karsa tetap optimis. "Kami akan merapatkan barisan," katanya.

Sementara itu, Saptono Yusuf mengatakan, konsentrasi partainya kini pada pemenangan pemilu 2009. "Tasyakuran kita tunggu Tim Karsa Jatim, karena pilgub kewenangan ada pada mereka. Kami di daerah ini kan cuma membantu," katanya.

Dalam penghitungan KPU Jatim, Selasa (11/11/2008), Karsa unggul sangat tipis atas Kaji, yakni terpaut 60.233 suara. [wir]