Suwar-Suwir Sulit Diekspor
Jember - Suwar-suwir, makanan mirip permen dari tape (singkong yang telah difermentasi) sudah menjadi makanan khas Jember. Namun pengusaha camilan ini masih memerlukan sentuhan teknologi, agar bisa mutu bisa lebih memenuhi standar.
Ketua Himpunan Pengusaha Suwar-Suwir Jember Rendra Wirawan mengatakan, selama ini pembuatan suwar-suwir masih mengandalkan tenaga manusia. "Dampaknya, produksi tidak maksimal dan tidak ada standar mutu yang baku," katanya.
Tiadanya standar mutu baku ini membuat suwar-suwir kesulitan untuk dieskpor. Padahal saat ini suwar-suwir khas Jember sudah dijual di berbagai kota di Indonesia, dan menjadi salah satu jajanan yang dicari.
Menurut Rendra, pasar luar negeri tentu membutuhkan standar kualitas tinggi, dan itu hanya bisa dipenuhi jika pembuatan suwar-suwir menggunakan sentuhan teknologi tepat guna.
Selama ini, untuk membuat suwar-suwir, pengolahan adonan dengan tenaga manusia membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Setelah itu adonan didinginkan selama satu hari. Pemotongan dan pengemasan pasca pendinginan dilakukan dengan tenaga manusia pula.
"Satu hari seorang pengusaha bisa memproduksi satu kuintal suwar-suwir. Per kilogram dijual dengan harga Rp 19 ribu. Suwar-suwir ini awet selama sembilan bulan," kata Rendra.
Di Jember, saat ini tercatat 25 pengusaha suwar-suwir yang berasosiasi. Namun, menurut Rendra, Pemerintah Kabupaten Jember masih mengandalkan satu merek untuk mempromosikan suwar-suwir di outlet penjualan cenderamata dan oleh-oleh. "Padahal, merek suwar-suwir beragam," katanya. [wir]
Minggu, Januari 18, 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar